Jumat, 21 Oktober 2016

Apresiasi Karya Sella Rimang "Perempuan Puisi"

Sudah lumayan lama saya mendengar kicau samar tentang Shella Rimang. Namun, sulit sekali untuk menemukannya. Rasa penasaran saya itu muncul karena Shella Rimang ini berasal dari desa Menarin Kab. Kapuas Hulu,  Kabupaten kota yang berada tiga belas jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum jika ditempuh dari Pontianak. Kabupaten ini juga adalah tempat kelahiranku, artinya Saya dan Sella Rimang ini sebenarnya berasal dari kabupaten yang sama.

Saya sering bertanya-tanya dalam hati, saya mencari-cari karya puisi Shella Rimang yang mereka sebut "Perempuan Puisi," kehadiran Shella melahirkan wajah baru setelah saya membaca karya Riani Kasih "Kopang" yang berasal dari Menendang, Kab. Kapuas Hulu.

Sampailah pada persiapan kegiatan "Mimbar Kemerdekaan," di depan UKM Mimbar Untan. Saya mulai mengenal akrab bung Ivo Trias J dan beberapa teman lain. Kami berkumpul bersama di bawah pohon mempersiapkan acara, di sana aku melihat si Perempuan Puisi yang rambutnya hitam sehat dengan mengenakan celana olah raga hitam. Kami bersalaman, lalu dengan sedikit tersenyum dalam hati saya berbisik "ini yang namanya Shella Rimang, si Perempuan Puisi."

Tidak hanya Ivo, dan Shella. Saya juga mulai mengenal si kaca mata bulat yang mengenakan Pet Cokelat. Pay, begitulah mereka memanggilnya. Dari keterangan teman-teman, si anak muda aneh ini ternyata juga adalah bagian dari komunitas Stand Up Comedy Pontianak. Nama-nama ini seperti melahirkan kembali energi-energi saya untuk melakukan kegiatan-kegiatan sastra setelah di tahun 2012 silam.

Pada malam 17 Agustus 2016, Pay atau Varli Pay Sandi selaku MC acara, sedangkan Ivo Trias J menjadi ketua panitia pelakasana. Dalam acara tersebut berkumpul wajah-wajah lama seperti Pradono, bg Herfin, bung Yudhi Noer sahabat dari UKM Sarang Semut, Nindit yang sekarang menjadi sekretaris FORSAS. Lalu, ada banyak sekali wajah-wajah baru, seperti Abah Zaillani Abdullah yang ternyata setelah saya semakin akrab. Beliau adalah tokoh sejarah perkembangan sastra di Kalimantan Barat. Beliau telah menelurkan karya-karya sejak tahun 1957. Untuk pertama kalinya sayapun mengenal teman-teman dari Komunitas Membaca bung Dadi Naang, beliau yang membuka lapak "Membaca Gratis" di bundaran UNTAN, saya juga bertemu dengan Irvan dari UKM Mimbar Untan.

Dari perkenalan itu, saya merasa harus terus membaur bersama mereka. Saya yakin sekali dengan berkumpul dengan mereka yang punya semangat besar untuk sastra Kalimantan Barat. Nah, kata hati sayapun terjawab, kami bersama-sama menghadirkan beberapa kegiatan sastra  seperti kegiatan Apresiasi. Karena kebetulan saya jadi penunggu warung kopi Bandar Klasik yang dimotori oleh bung Hatta seorang yang berkecimpung di dunia perfilm-an dengan latar belakang teater.

Diskusi pertama, kami membahas tentang Pontianak di Malam Hari, Lalu kami berbicara melakukan apresiasi membahas karya-karya seniman. di antaranya adalah karya Abah Zaillani. Acara yang kami laksanakan pada tanggal 16 Oktober 2016 dihadiri oleh pak Musefitial Musa dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat.  Hadir juga pertunjukan baca karya oleh komunitas De Javu.

Hm....saking asik cerita....ternyata saya sudah terlalu jauh berbelok....jum kita kembali lagi ke Shella Rimang hehehhehehe

"Bang! kemarinkan kita sudah memberikan apresiasi karya abah. Yok kita jadikan acara untuk Perempuan Puisi," ajak si Pay.

Ajakan itu saya sambut dengan sangat gembira, karena memang saya sedang berharap sekali agar seniwati Shella Rimang ini di munculkan. Apa yang sudah menjadi wacana saya, ternyata sudah di lontarkan oleh Pay. Akhirnya, kami memutuskan untuk memberikan apresiasi karya Shella Rimang di V'Note Coffee di Jl. Ampera Kota Baru, Pontianak.

Kamipun berbincang padat dengan si Pay, lalu melibatkan Shella Rimang, mengonsep acara. Saya menawarkan agar komunitas De Javu mendapat ruang membacakan puisi Shella Rimang. Dengan membawa sehelai kertas yang berisi puisi karya sang Perempuan Puisi yang berjudul "Malam Ajar," saya menuju ke UKM De Javu, muculah lima orang perempuan-perempuan puisi yang sampai sekarang baru si Bella yang saya kenal...hehe...maklum ingatan saya kurang.......Saya ingat Bella ini karena dia juga berasal dari Kab. Kapuas Hullu tepatnya dari Tepuai. Harapan saya, Bella juga akan menjadi bibit sastra yang nanti akan diperhitungkan karya dan namanya.....amin.....

Tanggal 22 Oktober 2016, menjadi saksi sejarah sang Perempuan Puisi. Kegiatan Apresiasi karya di hadiri oleh pak Nano L. Basuki yang dulunya adalah teman sepergerakan menumbuhkan kegiatan-kegiatan sastra. Sahabat, serta guru yang selalu memberikan motivasi untuk saya menulis, dan melagukan puisi-puisi. Beliau yang cukup padat jadwalnya karena profesinya sebagai seorang Guru di SMP Suster ternyata dapat meluangkan waktunya untuk menghadiri acara Apresiasi Karya Shella Rimang "Perempuan Puisi."

Lebih kurang pukul 19:30 WIB, acara apresiasi di buka oleh MC (.Sajidin Muttaqin Putra)
 
Sebagai pembuka acara saya membacakan puisi Shella yang berjudul "Perempuan Puisi (3),

Perempuan Puisi (3)

/1/
Jangan tertawa pada gelegar suara yang tafsirnya tak sampai kepalamu
Bisa saja, haha-hihi itu cabai atau arem-arem atau garam di
dapur ibu

/2/
Tafsirmu akan puisi tak akan jadi dalam sekali. Sebab
seorang perempuan puisi berhati-hati menggenggam tafsir
dalam pembaringan hingga mimpinya
masih merangkul artefak bunyi-bunyi bahasa

/3/
Harimau mati meninggalkan belang
Perempuan puisi abadi memustakakan kata bergudang-gudang


Pontianak, 29 September 2015.

Selanjutnya, saya melantunkan lagu yang saya ciptakan "Percumbuan Sesal"
 
Kemudian dilanjutkan oleh pembacaan sebuah puisi yang berjudul "Malam Ajar," Karya Shella Rimang oleh lima orang perempuan dari UKM De Javu.

 

Sungguh malam ini semarak sekali, apalagi jika memandang wajah MCnya....saya seperti sedang menyaksikan komedi Warkop era 80-an.......kalau tidak percaya...lihat....foto berikut...hehhe



saking kocaknye......terlihat seperti seorang yang sedang menawarkan obat kuat....upsss...obat kurap...hehhehe
oya hampir lupa......si MC yang benar-benar MC ini.....namanya Sajidin Muttaqin Putra..... terlihat sekali kalau Shella Rimang sedang menertawai promosinya...hahaha.... "Kumisnya....." Sella Berbisik...hahahhaha

Setelah si Perempuan Puisi ini membaca beberapa karyanya, hadirlah pak Nano L. Basuki yang masih saja konsisten dengan rambut belah tengah, dan masih mempertahankan kegemukannya itu...heheh...sorry mas.....
dengan hangat.....pak Nano mengulas sedikit karya-karya Shella dalam Antologi. Beberapa saran yang saya tangkap dari pembicaraan tersebut adalah.....Shella harus banyak membaca perjuangan kaum perempuan untuk menghasilkan Perempuan Puisi yang berbeda.....saya juga berharap banyak agar suatu saat Shella akan berbicara tentang Perempuan-perempuan desa.

oya........Apresiasi Karya ini dihadiri oleh teman teman komunitas seperti Geng Sastra (Amai Bunglon, Dicky Armando), Pontianak Membaca (Dadi Naang), Kalbar Membaca (Varli Pay Sandi), Komunitas Menulis Pena Merah (Sajidin), Penerbit Pustaka Rumah Aloy, UKM Seni UNU De Javu (Ragil Maulana, Adhe, Bella Saputri, Eviliani Oktavia, Atikah Herawati, Nur istiqomah, Alberta Alpia, Valena Susana), Group Band Pada Satu Titik ( Jimmy S. Mudya----hehehehhehehe, juga ada Oji), FORSAS (Farninda Aditya).

Dalam kegiatan diskusi ini, Abah Zaillani Abdullah yang hadir sedikit terlambat karena menunggu sang pujangga cinta rapuh Yudhi Noer menjemput dan ternyata akhirnya berangkat sendiri.....hahah.......Yudhi....yudhi...hahahah..........
Tampak dari wajah Abah, sebuah kekaguman besar atas karya-karya Shella. Beliau yang katanya ketinggalan buku Shella.......mengutarakan perasaannya setelah membaca karya-karya Perempuan Puisi ini....."Shella sangat cerdas bermain kata-kata.....puisi-puisinya yang memuat unsur riligius ini dikemas seakan akan tidak tampak sisi religiusnya...sehingga menjadikan puisi ini membuat kedamaian di hati."

Beliau menambahkan, "Ayo...teruslah berkarya......jangan menjadi orang yang sombong hanya karena alasan sudah punya banyak antologi"


Malam Apresiasi ini ditutup dengan pembacaan puisi Oleh Nano L. Basuki, kemudian saya lanjutkan dengan menyanyikan dua puisi (Banjir dan Nyanyian Anak Batas).....syukur....budak-budak tepuk tangan...hehehhee....

Hmmm........
ternyata setelah acara di tutup.......entah bagaimana tiba-tiba seperti dibuka lagi...... acara difokuskan untuk menggali ide untuk acara-acara berikutnya.
Ide demi ide bermunculan, salah satu yang paling menonjol adalah ...akan hadirnya Antologi puisi bersama.....nama-nama yang sudah berniat untuk menjadi bagian dari tubuh antologi puisi sudah dicatat oleh si kaca mata bulat...Varli Pay...., tidak hanya itu...sayapun menyampaikan harapan yang besar untuk mengajak teman-teman yang memiliki kerinduan untuk menulis dan menelurkan karya-karya yang indah dan bermanfaat.....saya mengajak mereka untuk menulis bersama...berdiskusi karya bersama.....dan saya berharap sekali...ada teman-teman yang mau berproses untuk melahirkan karya-karya hebat......bukan karya asal-asal......................alias asal terbit...dijual.....dapat duit...dan dapat gelar sebagai seorang penulis hebat......sebab...saya yakin penulis-penulis seperti Abah Zaillani Abdullah, Pay Jarot Sujarwo, Nano L. Basuki, Saifun Arif Kojeh, Wyas, Amrin Zuraidi Rawansyah, dll....sangat mengapresiasi tumbuhnya penulis muda Kalimantan Barat....sekenal saya...mereka bukanlah orang-orang yang pelit ilmu....dengan adanya minat bakat untuk berkarya.....mereka sudah sangat bangga....seperti puisi yang sering dibacakan oleh Varli Pay Sandi yang berjudul "UANG ASAP" yang isinya.... MAHAL....... hahahhahaaha


kembali ke cerita acara Sella ye....hmmmm

pada akhirnya kami foto-foto...untuk bereksis ria....sebagai sebuah kepuasan..........



Sampai berjumpa lagi di acara-acara sastra berikutnya.......................
yang berminat...yuk merapat........................................ I LOVE YOU hahhahahahha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar