Berawal dari rasa
ingin tahu tentang geliat sastra di Kalimantan Barat di cafe COC jalan Danau
Sentarum. Saya, Jimmy S. Mudya dan Varli Pay Sandi mengirim pesan lewat inbox
facebook kepada seorang sastrawan yang sangat akrab kami sapa “Abah”.
“Selamat
malam, Abah” begitu kalimat pembuka yang ku kirim.
“Malam juga
bro. Apa acara ni?” jawab beliau begitu akrabnya.
“Abah...besok
rencana mau ke rumah abah...ada yang mau dibincangkan. Kira-kira jam berapa
abah siap nich...hehehe” tanyaku.
“Terserah ente...”
balas beliau tanpa menunggu waktu yang lama.
“Oke2....ini
baru mantab,” balasku sekaligus menanbah jempol dalam pesannya. Usai chat saya,
Pay, juga Yudhie sepakat akan mengunjungi Abah Zailani esok sore.
Keesokan
harinya entah apa yang dipikiran seorang Varli yang dengan semangatnya mengajak
Jimmy untuk ke rumah abah. Padahal matahari belum sampai ke ubun-ubun. Saya
pun segera mengirim pesan kepada Abah untuk mengkonfirmasi apakah beliau sedang
tidak sibuk atau sedang berada di rumah. Gayung bersambut, ternyata beliau
menunggu kedatangan kami.
Siang itu, Saya dan Varli berangkat dengan menggunakan kedaraan vixion berwarna hitam
menuju kediaman Abah Zailani. Tiba di depan kediaman Abah. Tampak dari pintu
yang sedang terbuka Abah dengan singlet dan kain sarung.
“Ayo masuk,
Jim buat kopi sendiri,” ucap beliau dengan senyuman tulusnya.
Sejak siang
itu beliau langsung memberikan apresiasi atas kegiatan-kegiatan apresiasi
sastra sebelumnya. Beliau langsung membuka cerita tentang pengalamannya di
dunia seni. Begitu banyak seniman-seniman yang disebut oleh beliau. Dari
wajahnya tampak sedih, apalagi ketika bercerita tentang empat sekawan dalam
Komunitas KOMPAK. Sebab, beliau kini tinggal sendirian karena rekan-rekannya
terlebih dahulu telah kembali kepada Yang Maha Kuasa.
“Abah.
Kedatangan kami ke sini mau mengadakan acara apresiasi karya-karya abah yang
pernah abah tunjukan beberapa hari lalu,” jelas Varli sambil melepaskan
kacamata bulatnya.
“Wah, bagus
itu. Apapun yang akan kalian lakukan untuk perkembangan sastra akan saya
dukung,” jawab beliau.
“Boleh kami
melihat karya-karya abah? Sebab, rencananya karya-karya abah akan dibacakan
oleh UKM Seni De Javu kampus UNU,” tambahku
Tanpa menunggu lama, beliau segera berdiri, berjalan mendekati lemari kemudian mengeluarkan bundelan map yang isinya adalah kliping-kliping karya beliau.
Banyak cerita yang beliau sampaikan, baik berupa motivasi begitu juga nasehat-nasehat agar tetap menjadi penulis yang tidak menungjukan keangkuhannya.
Oya hampir lupa, sore itu Yhudie seorang pemuisi yang bersal dari Singkawan menyusul...tapi untuk sementara belum ada foto yang bisa ditampilkan karena waktu itu bung Yhudie tugasnya adalah sebagai cameramen alias tukang foto. hahhahaha
Keesokan harinya, sayapun berangkat ke kampus Unu untuk memenuhi undangan teman-teman UKM De Javu untuk memberikan penampilan pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Saat itu, saya dan anggota De Javu bung Ragil sudah mempersiapkan pertunjukan sederhana. Hampir setiap sore sebelumnya kami berlatih agar pertunjukan pembacaan puisi itu dapat dinikmati oleh parapengunjung.
Malam itu, Saya membuka acara dengan membacakan puisiku yang berjudul "Malam Bulan Purnama", kemudian langsung dilanjutkan oleh bung Ragil Maulana dengan puisiku yang berjudul " Dilema", saya sangat menghayati pembacaan puisi bung Ragil sehingga pada saat itu saya mengambil inisiatif untuk terus melanjutkan pertunjukan itu dengan melantunkan musikalisasi puisiku yang berjudul "Nyanyian Anak Batas" hatiku sesak, menangis, begitu pecah keheningan malam itu dengan riuh jerit para generasi muda mahasiswa Unu.
Usai acara, saya mengajak bung Singgih Herlambang untuk berdiskusi berkaitan dengan tawaran agar UKM De Javu mengisi acara apresiasi karya Abah Zailani. Gayungpun bersambut, akhirnya kami bertemu lagi keesokan harinya. Sebab, keesokan harinya akan ada acara pengenalan UKM De Javu kepada Maba UNU.
Usai berkenalan dan bercerita sedikit persoalan hoby dan kecintaan saya terhadap dunia puisi. Sayapun mengeluarkan karya-karya abah. Sontak seluruh audiniens di sana tercengang dan sangat ingin memberikan apresiasi terhadap karya-karya beliau yang di tulis sejak tahun 70-an.
Dengan antusias yang sangat luar biasa. Mereka memilah kliping-kliping puisi itu kemudian mencatatnya dibuku masing-masing. Mereka memenggal kalimat-kalimat lalu berdiskusi singkat perihal isi dalam puisi yang akan mereka bacakan. Dengan penuh semangat latihan pada hari itu berjalan dengan lancar.
Pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2016, acara apresiasi karya Abah Zaillani Abdullah akan segera dimulai. Sejak sore hari, saya sudah menyusun sound, dilanjutkan oleh bang Hatta selaku pemilik warung Kopi Bandar Klasik tempat pelaksaaan kegiatan diskusi.
bersambung.....
Lanjutkan jim tulisan tentang abah zai. salam buat abah zai jim
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino Hotel & Casino Review
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino 창원 출장샵 Hotel & Casino is an Indian gaming enterprise 의정부 출장마사지 located 논산 출장마사지 in Cherokee, North Carolina. It is 이천 출장안마 owned and operated by Rating: 동두천 출장안마 3.3 · 1 review